Hari Buruh dan Kesejahteraan Influencer, Saatnya Memikirkan Perlindungan Pekerja Digital!
Kalau dengar kata Hari Buruh Nasional, apa yang langsung terlintas di pikiran kamu? Mungkin demo di jalanan, pekerja pabrik, atau buruh formal dengan seragam kerja. Tapi tunggu dulu, di era digital kayak sekarang, buruh itu gak selalu pakai helm proyek atau seragam kerja lho!
Coba tengok deh ke layar HP kamu, terus lihat para influencer yang tiap hari nongol di media sosial, bikin konten nonstop, dari pagi sampai tengah malam. Mereka tuh juga kerja keras loh, bahkan kadang tanpa waktu istirahat yang jelas, tanpa asuransi, tanpa jaminan pekerjaan.
Hmm kita ngobrolin soal ini yuk! influencer juga buruh karena mereka bagian dari pekerja digital yang sekarang punya peran penting banget di dunia digital marketing dan branding modern.
Baca juga: Ubah Tantangan Ekonomi Jadi Peluang! Simak Strategi Influencer Marketing di Tahun 2025!
Influencer: Buruh Digital di Balik Layar
Influencer bukan cuma soal selfie cakep atau endorse produk lucu ya Sobat! Mereka adalah content creator yang menjalani kerja- kerja kreatif, strategi promosi, hingga branding personal yang super padat. Bikin konsep konten iya, ngedit video iya, mikirin caption yang engaging iya, sampai dealing sama brand juga iya, semua itu butuh effort tinggi.
Bahkan menurut Influencer Marketing Hub (2024), rata- rata influencer bisa kerja 8–14 jam per hari hanya untuk memproduksi dan mengelola konten mereka. Lalu yang lebih mengejutkannya, banyak dari mereka gak punya perlindungan kerja sama sekali.
Baca juga: Mengenal Ratu Alana, AI Influencer IAM.id yang Bisa Mengubah Dunia Fashion
Di Balik Dunia Endorse dan Brand Campaign
Brand- brand besar sekarang makin sering pakai strategi influencer marketing karena dianggap lebih dekat dan personal ke audiens. Tapi sayangnya, gak semua brand memperlakukan influencer sebagai partner profesional.
Banyak juga kasus di mana influencer gak dibayar tepat waktu, diminta revisi berkali- kali tanpa tambahan fee, dihubungi last-minute untuk campaign mepet deadline, bahkan harus tanda tangan kontrak sepihak yang merugikan.
Nah, karena sebagian besar influencer bekerja secara freelance, mereka tentu aja gak punya jaminan kesehatan, tunjangan kerja, atau hak cuti seperti pekerja kantoran.
Hari Buruh dan Kesejahteraan Influencer, Saatnya Memikirkan Perlindungan Pekerja Digital! (Sumber: Unsplash)
Baca juga: Kenapa AI Influencers Sempurna buat Campaign Jangka Panjang?
Kenapa Hal Ini Penting Dibahas di Hari Buruh?
Karena Hari Buruh bukan cuma milik pekerja di sektor formal, terutama di era yang udah serba digital ya. Jadi, definisi “buruh” harus diperluas nih, termasuk untuk mereka yang bekerja di ranah digital, kreatif, dan berbasis platform media sosial.
Pemerintah, brand, dan platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube perlu mulai mempertimbangkan regulasi dan perlindungan hukum untuk para pekerja digital. Begitu juga dengan agensi dan brand yang sebaiknya lebih transparan dan adil dalam kontrak kerjasama endorse.
Baca juga: Alasan Brand Pilih IAM.id Sebagai Partner Strategis di Dunia Digital dan Influencer Marketing
Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai audiens, kita bisa mulai dengan menghargai kerja keras kreator konten. Like, komen, dan share itu bentuk dukungan loh! Sebagai brand atau marketer, yuk mulai memperlakukan influencer bukan sebagai “iklan berjalan murah”, tapi sebagai mitra profesional.
Begitu juga buat para influencer, penting juga untuk mulai melek legalitas: simpan kontrak, pelajari hak- hak kamu, dan jangan takut untuk menegosiasikan rate serta syarat kerja.
Baca juga: AI Influencer Menjadi Game- Changer di 2025 di Dunia Influencer Marketing
Sekarang branding dan marketing udah sangat bergantung banget pada media sosial, jadi para influencer tentu jadi ujung tombak komunikasi brand. Tapi kalau kesejahteraan mereka gak dijaga, roda industri digital juga bisa jadi terganggu.
Jadi, mumpung Hari Buruh masih hangat, yuk mulai suarakan kalau
Influencer juga buruh, dan mereka layak dilindungi!